S*KS BERISIKO (rule: never trust a title, sebuah kisah bersambung dan editable)

SEKS CINTA BERISIKO

Kamu menyelinap perlahan masuk ke dalam rumah yang baru saja terhancurkan. Melihat aku ada di dalamnya berselimut rasa kecewa.

Coba singkirkan puing-puing dengan canda dan segala wawasanmu tentang hidupku. 

Tiap kata yang kamu ucapkan menjembatani tawa yang tak ingin dihentikan. 

Bulir argumen dari lidahmu turut jamahi hati, sentuhi luka basah yang perlahan terobati. 

Modifikasi kalimat kau lakukan, cukup buat ku geleng kepala. Permainan kalimatmu sungguh tak terduga. Membuat diri yang tak kuasa, Memaksa bangkit dan meraih sosokmu. 

——

Aku membalas masuk ke ranah kemerdekaanmu, dengan topik dan bahasa yang menjadi senjataku. Semakin lama kita semakin bebas bergerilya, menggunakan kata-kata, berusaha meraih inti jiwa.

Tapi sepertinya ini kebablasan,

Sampai sulit untuk ku membedakan

ada di raga siapa aku sekarang? Ragaku atau dirimu? Tapi bagaimana bisa akurat kutahu apa yang sedang ada dipikiran dan rasamu? Apakah aku sedang terjebak di dalam dirimu? Atau jangan jangan raga kita memang satu?

Ah berlebihan.

——

Sial.

Hari ini, kamu menyelinap lebih dalam lagi. Kabarnya sampai ke ulu hati. Ingin ku peringatkan bahwa yang kamu jejaki adalah lantai dari rumah bekas penjajahan hati. Rapuh. Tapi sapuanmu, perlahan menjinakkan sedikit khawatirku. Sampai bertukar rasa denganmu telah menjadi makan malamku. Dan menghampiri pikirmu telah menjadi refleksku.

Hingga pada malam bulan muda,

Saat aku sedang terhanyut dalam obrolan tentang lara,

Kamu seakan memelukku seraya ucapkan “ku beri tahu rasaku, mari membuka kehidupan yang baru”. Tak kuasa. Aku terlena. Dengan terseok aku membalas pelukanmu dan berkata “terima kasih, tapi aku dipenuhi dengan luka”. Tidak apa tenang saja akan ku bantu, katamu.

Dahi menyerngit, logika tak percaya, setelah sekian janji berlalu-lalang dan hanya mati sia-sia. Aku mendadak sulit mencerna kata-kata dan memaknai rasa. Aku resah. Tapi rasa terlanjur sudah. 

Dengan rasa percaya diri dan ego yang tak mau berfikir lagi. Aku coba mulai menghapus ragu dan memanipulasi ke khawatiranku.

Aku resah, tapi cinta tak pernah salah.

Aku lupa, meninggalkan begitu saja, rumah yang seharusnya masih perlu diperbaiki

Tapi kita terlanjur rekreasi ke sana ke mari.

Dan terikat dalam cinta yang....

Ehem..

Kuharap abadi

——

Penetrasi rasamu memang cukup perih 

bersenggolan dengan luka yang banyak-sedikit masih.

Kalau dilogika, cintamu sedikit terburu-buru

Tapi katamu, 

Tidak ada yang bisa mengalahkan cinta

Apakah termasuk luka dan logika?


-hasnasals

Komentar

Postingan Populer